Minggu, 05 Januari 2014 - 0 komentar

tugas rangkuman tulisan 1-3



TUGAS RANGKUMAN TULISAN 1-3 PSIKOLOGI MANAJEMEN

RANGKUMAN TULISAN 1

Definisi Komunikasi (Communication)


            Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna, merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan tujuan sang "receiver" (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh "source" (komunikator). #wikipedia.org

Dimensi Komunikasi 

Terdiri dari :
  • Isi : yang dimaksud dengan isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih.
  • Kebisingan : tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi.
  • Jaringan : sampai sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam   melakukkan komunikasi diantaranya ada komunikasi yang bergantung  pada (jaringan satelit).
  • Arah : komunikasi satu arah yang hanya ada satu orang berbicara menyampaikan infomasi untuk satu orang atau lebih contohnya promosi produk tertentu atau guru dikelas. Komunikasi 2 arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi satu orang atau lebih juga ikut berbicara sehingga terciptanya interaksi tiktok untuk menyampaikan beberapa informasi.

Definisi Kepemimpinan (Leadership)

            Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Arti kata-kata ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah untuk menunjukan adanya pembedaan anatara pemerintah dari anggota masyarakat lainnya. Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih mempermudah pemahaman kita, maka akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri.

            Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993). 


Teori Kepemimpinan

1.    Teori X dan Y (Douglas Mcgregor) 


            Teori X dan Y (Douglas McGregor) dalam buku “The Human Side Enterprise” di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
Teori X :
            Menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :
  1. Tidak menyukai bekerja.
  2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
  3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi. 
  4.  Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
  5.  Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.
Teori Y : 


  1. Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut

Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangkan.
2.     Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3.    Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4.    Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5.    Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara tepat.

            Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, Mc Gregor menyatakan selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan memberikan kesempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
2.    Teorri 4 Sistem dari Rensis Likert

            Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
  1. Sistem 1, Otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya.
  2. Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai
  3. Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas.
  4. Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok.

3.    Teori of Leadership Pattern Choice tannen baum and scmidt 

Tannenbaum-Schmidt 

            Bagaimana bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi” dan “otoriter.” 
            Berkaitan dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan kontrol. untuk tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah kontinum perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya demokratis di sisi lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat pada bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu. para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung polakepemimpinan:
1.    kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2.    kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3.    kekuatan dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain faktor extrancous).

            Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.

RANGKUMAN TULISAN 2
  
1.   pengertian motivasi 
            motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan , menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya :
  •  Keinginan untuk hidup
  • Keinginan untuk memiliki sesuatu
  • Keinginan akan kekuasaan
  • Keinginan akan adanya pengakuan
Sehingga secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau keinginan yang dapat dicapaii dengan perilaku tertentu dalam suatu usahanya. Pengertian lain menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entuasiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

2. Teori –teori motivasi 

2.1  Teori Drive Reinforcement

            Ketika suatu keadaan dorongan internal muncul,individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan.

 Implikasinya sering terjadi dalam bidang industri dan organisasi, sebagai contoh :

a. Reward

Seorang Sales Promotion Girl (SPG) di salah satu hyper market di kawasan Jakarta yang pada awalnya mendapat posisi menjadi SPG, sekarang ia menduduki jabatan sebagai administrasi untuk sebuah produk yang ia kerjakan. Hal tersebut dikarenakan semasa ia menjadi SPG, ia berhasil memenuhi target yang dicapai bahkan mungkin, ia menjadi salah satu SPG yang dapat melebihi target di setiap minggunya.
Berdasarkan contoh diatas, hal tersebut termasuk kedalam teori motivasi yaitu drive reinforcement yang lebih spesifik lagi termasuk kedalam reward. Yakni jika SPG tersebut dapat memenuhi atau melebihi target, maka ia dijanjikan akan naik jabatan.

b. Punishment

Punishment merupakan hukuman yang diberikan agar seseorang termotivasi kembali untuk melakukan suatu hal.

 Misalnya ; pada contoh kasus Sales Promotion Girl (SPG) yang telah diuraikan diatas, Jika SPG tersebut terlambat masuk kantor pada jam yang sudah ditentukan selama 3x dalam kurun waktu 1 bulan maka akan dikenakan pemotongan upah kerja (Gaji) sebesar 0,5% dari gaji pokok. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa termotivasi kembali untuk melakukan hal yang lebih baik setelah diberikan punishment ketika melakukan suatu kesalahan.

2.2  Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

            Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

            Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

            Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
Contoh : Implikasi praktis dari teori di atas yaitu; dalam kasus Sales Promotion Girl (SPG) misalnya, ketika SPG tersebut menginginkan kenaikan jabatan yang juga disertai dengan peluang yang besar untuk kenaikan jabatan maka SPG tersebut akan berusaha semaksimal mungkin tetapi jika harapan untuk mencapai kenaikan jabatan itu rendah (kemungkinannya kecil) maka SPG tersebut akan bermalas-malasan dalam mencapai keinginannya. Disinilah teori motivasi harapan sangat berperan besar dalam mencapai suatu tujuan organisasi.

2.3  Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
 
            Edwin locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan presistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. 

Contoh : suatu perusahaan mewajibkan karyawannya dengang mengikuti kegiatan training agar lebih ada pengalaman serta bekal untuk pekerjaan yang akan ditanganinnya dan mengatur upaya kerja yag lebih efektif dan efisien serta dengan adanya itu semua otomatis meningkatkan presistensi guna menunjang strategi-strategi dan rencana rencana kegiatan berikutnya yang mengutungkan dan memajukan suatu perusahaan.

2.4  Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

            Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

            Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
            Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

            Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
  • Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
  • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
  • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
            Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.


Contoh : seseorang yang telah lama bekerja dalam suatu lembaga atau perusahaan pasti mempunyai keinginan naik kejabatan yang lebih tinggi lagi, seperti yang dapat diambil seorang yang sebelumnya menjadi staff dalam rekrutmen ingin meningkatkan jabatannya menjadi seorang HRD. Sebelum naik ketingkat lebih tinggi lagi ia harus mempersiapkan dirinya pula dalam hal pengalaman, tingkat pendidikan dan yang lain-lain. Semua itu dilakukan atas dasar kebutuhan agar kehidupannya dapat tercukupi karena makin tinggi suatu jabatan makin tinggi pula finansial yang didapat tidak kalah penting dalam hal itu self- esteem (harga diri) juga yang mendorong semua itu dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

RANGKUMAN TULISAN 3

Mengendalikan fungsi managemen


            Sebagai terjemahan dari controlling (pengendalian ) dalam manajemen, merupakan fungsi yang penting. Alasan melakukan pengawasan (pengendalian) adalah :
·         Kemungkinan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.
·         Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.
·         Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan.
·         Kemungkinan bawahan kurang menguasai pekerjaan.

Secara konseptual, pengawasan  (pengendalian ) adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan dengan perencanaan yang telah disusun.

Tujuan dan Mekanisme Pengendalian/Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Mekanisme pengawasan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
·         Penetapan standar kegiatan
·          Menyusun umpan balik (feedback)
·         Pembandingan kegiatan dengan standar
·         Mengukur penyimpangan
·         Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan

Jenis Pengendalian

Pengendalian dapat dibedakan berdasar beberapa aspek, yaitu :
·         Aspek waktu
Atas dasar aspek waktu :
Pengendalian preventif ; pengendalian yang dilakukan pada saat proses pekerjaan sedangberjalan.
            Pengendalian Represif ; pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.
·         Aspek obyek
Pengendalian Administratif  : yang dilakukan dibidang administrasi
Pengendalian Operatif  : dilakukan dibidang opersional
·         Aspek subyek
Pengendalian Interen ; pengendalian yang ditujuan pada pelaku fungsi- fungsi manajemen
Pengendalian eksteren ; ditujukan pada pelaku diluar fungsi-fungsi manajemen

A.    Definisi Mengendalikan (controlling)

            Jadi dapat disimpulkan Pengendalian (controlling) adalah salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang diinginkan. Dan Secara konseptual, pengawasan  (pengendalian ) adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan dengan perencanaan yang telah disusun.

B.   Langkah-Langkah dalam kontrol
Mockler (1984) membagi pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
                                                              
1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.

2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.

3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.

4. Mengambil Tindakan Korekti Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yanf terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.


C.   Tipe – tipe dalam kontrol dalam mananjemen

Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)    Pengendalian preventif (prefentive control) : Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2)     Pengendalian operasional (Operational control) : Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3)    Pengendalian kinerja :  Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan. 

D.   Kontrol Proses manejemen

            Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses :
1)    Pemrograman (Programming)
            Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2)      Penganggaran (Budgeting)
            Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.

3)      Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting)
            Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan pusat-pusat tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.

4)       Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
            Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan.Analisis laporan manajemen antara lain dapat berupa :
·         Perlu tidaknya strategi perusahaan diperiksa kembali.
·         Perlu tidaknya dilakukan penghapusan, penambahan, atau pengubahan program di tahun yang akan datang.
·          Dari analisis penyimpangan dapat disimpulkan perlunya diadakan perubahan anggaran, apabila sudah tidak realistis.
·         Dari laporan-laporan dapat diambil kesimpulan perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk masalah yang tidak dapat diantisipasi.


Inti dari tulisan 1-3 adalah

            Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimensi Komunikasi terdiri dari isi, kebisingan, jaringan, arah.
            Kepemimpinan (Leadership) adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993). 
            Teori Kepemimpinan : (1) Teori X dan Y (Douglas Mcgregor) : Menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :Tidak menyukai bekerja,Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah, Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi, Sedangkan Teori Y : Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi,Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan. (2)Teorri 4 Sistem dari Rensis Likert : ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari: Otoritatif dan eksploitif, otoritatif dan benevolent, konsultatif, partisipatif. (3) Teori of Leadership Pattern Choice tannen baum and scmidt. Bagaimana bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi” dan “otoriter.” 

            motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan , menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai. Teori –teori motivasi adalah  (1) Teori Drive Reinforcement : Ketika suatu keadaan dorongan internal muncul,individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia. Punishment merupakan hukuman yang diberikan agar seseorang termotivasi kembali untuk melakukan suatu hal. (2) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ) : Victor H. Vroom, Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. (3) Teori penetapan tujuan (goal setting theory) : Edwin locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan presistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. (4) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) :Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (a) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (b) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (c) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (d) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (e) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

            Mengendalikan fungsi managemen Sebagai terjemahan dari controlling (pengendalian ) dalam manajemen, merupakan fungsi yang penting. Alasan melakukan pengawasan (pengendalian) adalah : Kemungkinan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan,Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana, Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan, Kemungkinan bawahan kurang menguasai pekerjaan. Tujuan utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Jenis Pengendalian dibedakan beberapa aspek : Aspek waktu (Pengendalian preventif  dan represif),  Aspek obyek (Pengendalian administratif dan operatif), Aspek subyek ( Pengendalian interen dan eksteren). Jadi dapat disimpulkan Pengendalian (controlling) adalah salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang diinginkan. Langkah-Langkah dalam kontrol. Mockler (1984) : (1) Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja, (2) Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja, (3) Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar (4) Tindakan Korekti Proses pengawasan. Tipe pengendalian manajemen : Pengendalian preventif, operasional. Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses : (1) Pemrograman (2) Penganggaran (3)  Operasi dan Akuntansi (4) Laporan dan Analisis.