RANGKUMAN TULISAN 1
Definisi Komunikasi (Communication)
Komunikasi adalah sebuah cara yang
digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana
satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna,
merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang "receiver" (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau
pesan yang dikirimkan oleh "source" (komunikator). #wikipedia.org
Dimensi Komunikasi
Terdiri
dari :
- Isi : yang dimaksud dengan isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih.
- Kebisingan : tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi.
- Jaringan : sampai sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukkan komunikasi diantaranya ada komunikasi yang bergantung pada (jaringan satelit).
- Arah : komunikasi satu arah yang hanya ada satu orang berbicara menyampaikan infomasi untuk satu orang atau lebih contohnya promosi produk tertentu atau guru dikelas. Komunikasi 2 arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi satu orang atau lebih juga ikut berbicara sehingga terciptanya interaksi tiktok untuk menyampaikan beberapa informasi.
Definisi Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Arti
kata-kata ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah
untuk menunjukan adanya pembedaan anatara pemerintah dari anggota masyarakat
lainnya. Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak
jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih
mempermudah pemahaman kita, maka akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu
menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin
dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993).
Teori Kepemimpinan
1.
Teori X dan Y (Douglas Mcgregor)
Teori X dan Y (Douglas McGregor)
dalam buku “The Human Side Enterprise” di mana para manajer / pemimpin organisasi
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu
teori x atau teori y.
Teori
X :
Menurut asumÃs teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya
adalah :
- Tidak menyukai bekerja.
- Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
- Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.
- Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
- Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.
Teori
Y :
- Secara keseluruhan asumÃs teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut
Pekerjaan
itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang.
Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga
di antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangkan.
2.
Manusia
dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3.
Kemampuan
untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara
luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4.
Motivasi
tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi
diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5.
Orang-orang
dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara
tepat.
Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, Mc Gregor menyatakan selanjutnya
bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali
pengendali dengan memberikan kesempatan mengembangkan potensi yang ada pada
masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya
sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Teorri 4 Sistem dari Rensis Likert
Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
- Sistem 1, Otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai
- Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas.
- Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok.
3. Teori of Leadership Pattern Choice tannen baum and scmidt
Tannenbaum-Schmidt
Bagaimana bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan?
Pada tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu
artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business
Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan,
adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan
manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan
Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi”
dan “otoriter.”
Berkaitan dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti
manajer dapat demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang
diperlukan dan kontrol. untuk tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah
kontinum perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem
ke gaya demokratis di sisi lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat
pada bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk
menyediakan kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu. para penulis
mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung polakepemimpinan:
1.
kekuatan
di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2.
kekuatan
di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3.
kekuatan
dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim
organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola
kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip
dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan
proses pengambilan keputusan.
RANGKUMAN TULISAN 2
1. pengertian motivasi
motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri
seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan , menggerakkan dan mengarahkan
perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang
dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi
ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya :
- Keinginan untuk hidup
- Keinginan untuk memiliki sesuatu
- Keinginan akan kekuasaan
- Keinginan akan adanya pengakuan
Sehingga
secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau keinginan yang
dapat dicapaii dengan perilaku tertentu dalam suatu usahanya. Pengertian lain
menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entuasiasmenya dalam melaksanakan
suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
2. Teori –teori motivasi
2.1 Teori Drive Reinforcement
Ketika suatu keadaan dorongan
internal muncul,individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan
mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada
manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan
apabila dapat menyenangkan dan memuaskan.
Implikasinya
sering terjadi dalam bidang industri dan organisasi, sebagai contoh :
a.
Reward
Seorang
Sales Promotion Girl (SPG) di salah satu hyper market di kawasan Jakarta yang
pada awalnya mendapat posisi menjadi SPG, sekarang ia menduduki jabatan sebagai
administrasi untuk sebuah produk yang ia kerjakan. Hal tersebut dikarenakan
semasa ia menjadi SPG, ia berhasil memenuhi target yang dicapai bahkan mungkin,
ia menjadi salah satu SPG yang dapat melebihi target di setiap minggunya.
Berdasarkan
contoh diatas, hal tersebut termasuk kedalam teori motivasi yaitu drive
reinforcement yang lebih spesifik lagi termasuk kedalam reward. Yakni jika SPG
tersebut dapat memenuhi atau melebihi target, maka ia dijanjikan akan naik
jabatan.
b.
Punishment
Punishment
merupakan hukuman yang diberikan agar seseorang termotivasi kembali untuk
melakukan suatu hal.
Misalnya
; pada contoh kasus Sales Promotion Girl (SPG) yang telah diuraikan diatas,
Jika SPG tersebut terlambat masuk kantor pada jam yang sudah ditentukan selama
3x dalam kurun waktu 1 bulan maka akan dikenakan pemotongan upah kerja (Gaji)
sebesar 0,5% dari gaji pokok. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa
seseorang bisa termotivasi kembali untuk melakukan hal yang lebih baik setelah
diberikan punishment ketika melakukan suatu kesalahan.
2.2 Teori Victor H. Vroom (Teori
Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang
berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya
sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu
hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka
untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat
sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat
terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan
menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para
praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik
tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para
pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara
yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap
penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu
mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
Contoh
: Implikasi praktis dari teori di
atas yaitu; dalam kasus Sales Promotion Girl (SPG) misalnya, ketika SPG
tersebut menginginkan kenaikan jabatan yang juga disertai dengan peluang yang
besar untuk kenaikan jabatan maka SPG tersebut akan berusaha semaksimal mungkin
tetapi jika harapan untuk mencapai kenaikan jabatan itu rendah (kemungkinannya
kecil) maka SPG tersebut akan bermalas-malasan dalam mencapai keinginannya.
Disinilah teori motivasi harapan sangat berperan besar dalam mencapai suatu
tujuan organisasi.
2.3 Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b)
tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan presistensi; dan
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana
kegiatan.
Contoh
: suatu perusahaan mewajibkan
karyawannya dengang mengikuti kegiatan training agar lebih ada pengalaman serta
bekal untuk pekerjaan yang akan ditanganinnya dan mengatur upaya kerja yag
lebih efektif dan efisien serta dengan adanya itu semua otomatis meningkatkan
presistensi guna menunjang strategi-strategi dan rencana rencana kegiatan
berikutnya yang mengutungkan dan memajukan suatu perusahaan.
2.4 Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata,
akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih
sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut
pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan
cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan
yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari
cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat,
jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya
karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia
itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa
dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan
makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan
mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan
pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak
tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut
diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan
berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum
kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang
ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian
pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa
pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan
“koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan
karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang
teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan
fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi
pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Contoh
: seseorang yang telah lama bekerja
dalam suatu lembaga atau perusahaan pasti mempunyai keinginan naik kejabatan
yang lebih tinggi lagi, seperti yang dapat diambil seorang yang sebelumnya
menjadi staff dalam rekrutmen ingin meningkatkan jabatannya menjadi seorang
HRD. Sebelum naik ketingkat lebih tinggi lagi ia harus mempersiapkan dirinya
pula dalam hal pengalaman, tingkat pendidikan dan yang lain-lain. Semua itu
dilakukan atas dasar kebutuhan agar kehidupannya dapat tercukupi karena makin
tinggi suatu jabatan makin tinggi pula finansial yang didapat tidak kalah
penting dalam hal itu self- esteem (harga diri) juga yang mendorong semua itu
dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
RANGKUMAN TULISAN 3
Mengendalikan fungsi managemen
Sebagai terjemahan dari controlling
(pengendalian ) dalam manajemen, merupakan fungsi yang penting. Alasan
melakukan pengawasan (pengendalian) adalah :
·
Kemungkinan
adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.
·
Kemungkinan
terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.
·
Kemungkinan
kurangnya penjabaran pekerjaan.
·
Kemungkinan
bawahan kurang menguasai pekerjaan.
Secara
konseptual, pengawasan (pengendalian )
adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan dengan perencanaan
yang telah disusun.
Tujuan dan Mekanisme
Pengendalian/Pengawasan
Tujuan
utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya
memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Mekanisme pengawasan secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut :
·
Penetapan
standar kegiatan
·
Menyusun umpan balik (feedback)
·
Pembandingan
kegiatan dengan standar
·
Mengukur
penyimpangan
·
Melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan
Jenis Pengendalian
Pengendalian
dapat dibedakan berdasar beberapa aspek, yaitu :
·
Aspek
waktu
Atas dasar aspek waktu :
Pengendalian preventif ; pengendalian yang dilakukan
pada saat proses pekerjaan sedangberjalan.
Pengendalian Represif ; pengendalian
yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.
Pengendalian Administratif : yang dilakukan dibidang administrasi
Pengendalian Operatif
: dilakukan dibidang opersional
·
Aspek
subyek
Pengendalian Interen ; pengendalian yang ditujuan pada
pelaku fungsi- fungsi manajemen
Pengendalian eksteren ; ditujukan pada pelaku diluar
fungsi-fungsi manajemen
A.
Definisi Mengendalikan (controlling)
Jadi dapat disimpulkan Pengendalian
(controlling) adalah salah satu
fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan.
Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa
kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar
diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang
diinginkan. Dan Secara konseptual, pengawasan
(pengendalian ) adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan
dengan perencanaan yang telah disusun.
B. Langkah-Langkah
dalam kontrol
Mockler
(1984) membagi pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
4. Mengambil Tindakan Korekti Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yanf terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.
C. Tipe –
tipe dalam kontrol dalam mananjemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)
Pengendalian
preventif (prefentive control) : Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait
dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam
bentuk program-program.
2)
Pengendalian operasional (Operational control)
: Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan
program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan
untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3)
Pengendalian
kinerja : Pada tahap ini pengendalian
manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang
telah ditetapkan.
D. Kontrol Proses manejemen
Proses pengendalian manajemen yang
baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi.
Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu
sama lain, terdiri dari proses :
1) Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan
menentukan program-program yang akan dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya
yang akan alokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2) Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program
direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam satu moneter untuk suatu periode
tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan
anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
3) Operasi dan Akuntansi
(Operating and Accounting)
Pada tahap ini dilaksanakan
pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan
penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut
digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan pusat-pusat
tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk
pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan
pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
4) Laporan dan Analisis (Reporting and
Analysis)
Tahap ini paling penting karena
menutup suatu siklus dari proses pengendalian manajemen agar data untuk proses
pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan.Analisis laporan manajemen
antara lain dapat berupa :
·
Perlu
tidaknya strategi perusahaan diperiksa kembali.
·
Perlu
tidaknya dilakukan penghapusan, penambahan, atau pengubahan program di tahun
yang akan datang.
·
Dari
analisis penyimpangan dapat disimpulkan perlunya diadakan perubahan anggaran,
apabila sudah tidak realistis.
·
Dari
laporan-laporan dapat diambil kesimpulan perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk
masalah yang tidak dapat diantisipasi.
Inti dari tulisan 1-3 adalah
Komunikasi adalah sebuah cara yang
digunakan sehari-hari dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang
terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimensi Komunikasi terdiri dari isi,
kebisingan, jaringan, arah.
Kepemimpinan
(Leadership) adalah
sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut
(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya
(Joseph C. Rost.,1993).
Teori
Kepemimpinan : (1) Teori X dan Y (Douglas Mcgregor) : Menurut asumÃs teori X dari McGregor
ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :Tidak menyukai bekerja,Tidak
menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah, Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi
mengatasi masalah-masalah organisasi, Sedangkan Teori Y : Pekerjaan itu
pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang.
Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Manusia
dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan organisasi,Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan
persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh
karyawan. (2)Teorri 4 Sistem dari Rensis Likert : ada empat sistem manajemen
yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
Otoritatif dan eksploitif, otoritatif dan benevolent, konsultatif, partisipatif.
(3) Teori of Leadership Pattern Choice tannen baum and scmidt. Bagaimana
bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun
1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang
paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review.
Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah
signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan
manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan
Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi”
dan “otoriter.”
motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri
seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan , menggerakkan dan mengarahkan
perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang
dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai. Teori –teori motivasi adalah (1) Teori Drive
Reinforcement : Ketika suatu keadaan dorongan internal muncul,individu
didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang
mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia. Punishment merupakan
hukuman yang diberikan agar seseorang termotivasi kembali untuk melakukan suatu
hal. (2) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ) : Victor H. Vroom, Menurut
teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh
seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada
hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan
akan berupaya mendapatkannya. (3) Teori
penetapan tujuan (goal setting theory) : Edwin locke mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a)
tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c)
tujuan-tujuan meningkatkan presistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. (4) Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan) :Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu : (a) kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (b) kebutuhan rasa aman (safety
needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual; (c) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (d) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan (e) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Mengendalikan fungsi managemen Sebagai terjemahan dari controlling
(pengendalian ) dalam manajemen, merupakan fungsi yang penting. Alasan
melakukan pengawasan (pengendalian) adalah : Kemungkinan adanya pelanggaran
dalam pelaksanaan perencanaan,Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak
perencana dan pelaksana, Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan, Kemungkinan
bawahan kurang menguasai pekerjaan. Tujuan utama dari pengawasan adalah untuk
mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin
akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Jenis Pengendalian dibedakan beberapa
aspek : Aspek waktu (Pengendalian preventif dan represif), Aspek obyek (Pengendalian administratif dan operatif),
Aspek subyek ( Pengendalian interen dan eksteren). Jadi dapat disimpulkan
Pengendalian (controlling) adalah
salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan.
Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa
kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar
diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang
diinginkan. Langkah-Langkah dalam
kontrol. Mockler (1984) : (1) Menetapkan standar dan Metode Mengukur
Prestasi Kerja, (2) Melakukan
Pengukuran Prestasi Kerja, (3) Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan
Standar (4) Tindakan Korekti Proses pengawasan. Tipe pengendalian manajemen : Pengendalian
preventif, operasional. Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya
formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian
manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain,
terdiri dari proses : (1) Pemrograman (2)
Penganggaran (3) Operasi dan Akuntansi
(4) Laporan dan Analisis.